WELCOME TO MY WORLD!!!

Selasa, 03 Mei 2011

“KETREBUKAAN DIRI” (SELF DISCLOSURE)

“KETREBUKAAN DIRI”
(SELF DISCLOSURE)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah “KOMUNIKASI ANTARPIBADI”







Kelompok 11
KPI 6C
HERDINA ROSIDI (108051000076)
NINA AGUSTINA (108051000068)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

PENDAHULUAN
Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Joseph A. Devito mendefenisikan self disclosure sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri yang biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain. Self disclosure merupakan perilaku komunikasi di mana pembicara secara sengaja menjadikan dirinya diketahui oleh pihak lain.
Proses pengungkapan diri bisa dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu.
Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya mengindentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori ini disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini merupakan salah satu karya penting dalam perjalan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan (relationship development)

PEMBAHASAN
I. KETERBUKAAN DIRI (SELF DISCLOSURE)
Proses keterbukaan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan tersebut biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain. Keterbukaan diri (self disclosure) telah menjadi salah satu topik penting dalam teori komunikasi sejak tahun 1960-an. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.
Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke dalam kuandran “terbuka”. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang terssebut. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negative terhadap hubungan (Littlejohn, 1939: 161).
Proses pengungkapan diri bisa dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu.
A. Faktor yang Mempengaruhi Disclosure
- Efek Dyadik (hubungan antara dua orang)
Dalam tiap interaksi, self disclosure lebih mungkin terjadi jika individu lainnya sebelumnya juga membuka diri.
- Ukuran Audience
Self disclosure lebih mungkin terjadi dalam kelompok kecil daripada kelompok besar.
- Topik
Topik mempengaruhi ukuran dan tipe self disclosure.
- Valensi (kualitas positif dan negatif)
Self disclosure yang positif disikai dari pada yang negatif, baik pada hubungan yang intim maupun yang tidak intim.
- Jenis Kelamin
Banyak riset menunjukkan bahwa wanita lebih membuka dirinya dibandingkan pria. Wanita lebih banyak menyingkapkan dirinya pada orang yang dia sukai, sedangkan pria lebih banyak pada orang yang dia percayai.
- Ras, kebangsaan, dan usia
Dari penelitian Amerika Serikat terbukti bahwa pelajar berkulit hitam lebih sedikit melakukan self disclosure dibangdingkan pelajar kulit putih. Self disclosure lebih banyak terjadi pada usia 17 tahun.
- Mita kita dalam suatu hubungan
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang akan lebih terbuka kepada orang yang juga terbuka dengannya. Kita cenderung lebih membuka diri pada orang yang kita lihat atau persepsikan memiliki sifat hangat, penuh perhatian dan sportif.

B. Hal-hal yang Menghambat Disclosure
- Societal Bias (Bais Masyarakat)
Menurut Gerard Egan, hal yang menyebabkan keengganan kita untuk melakukan self disclosure adalah kita memiliki societal bias yang telah terinternalisasi, kita telah dikondisikan untuk menolak self disclosure oleh masyarakat dimana kita tinggal.
- Kekhawatiran akan hukuman
Banyak orang enggan untuk melakukan disclosure karena khawatir akan mendapatkan hukuman, umumnya dalam bentuk penolakan.
- Kekhawatiran akan self knowleg (pengetahuan tentang diri)
Kita telah membangun gambaran yang indah dan rasional tentang diri kita, yang menekankan aspek positif dan meminimalkan aspek negatif. Self disclosure sering memaksa kita untuk melihat melalui rasionalisasi.


C. Fungsi Self Disclosure
- Memberi pengetahuan tentang diri (self)
- Memberi kemampuan untuk menanggulangi masalah
- Sebagai pelepasan energi
- Meningkatkan efektivitas komunikasi
- Untuk membuat hubungan menjadi penuh arti
- Untuk kesehatan psikologis


D. Karakteristik Self Disclosing Communication
1. Secara relatif sdikit sekali transaksi komunikasi yang melibatkan disclosure tingkat tinggi.
2. Self disclosure biasanya terjadi antara dua orang (dyad).
3. Self Disclosure bersifat simetris.
4. Self disclosure terjadi di dalam konteks hubungan sosial yang positif.
5. Self disclosure biasanya tumbuh dan berkembang dengan tidak mendadak atau tiba-tiba.



II. TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya mengindentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori ini disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini merupakan salah satu karya penting dalam perjalan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan (relationship development) .
Proses Penetrasi social mencakup berbagai perilaku nonverbal seperti posisi tubuh, senyuman, dan seterusnya serta perilaku yang berorientasi pada lingkungan (jarak antar individu, benda-benda atau objek yang ada di sekitar individu) dan sebagainya. Altman dan Taylor percaya bahwa hubungan antar individu memiliki sifat sangat beragam dalam hal penetrasi sosial mereka. Mulai dari hubungan sepasang suami-istri, atasan-bawahan, dokter-pasien atau hubungan antar teman.
Pemikiran awal mengenai SPT muncul di Amerika pada tahun 1960-an dan 1970-an, era ketika orang mulai berani bicara secara terbuka dan keterbukaan dihargai serta dinilai penting dalam membina hubungan antar individu. Namun demikian, para ahli komunikasi mengakui bahwa faktor budaya juga berperan penting dalam mendorong keterbukaan atau sebaliknya.

III. ANALOGI BOLA
Untuk memulai penjelasan mengenai teori penetrasi sosial ini, anda dapat membayangkan diri anda dalam bentuk sebuah bola Dibagian bola tersebut berbagai macam catatan atau rekaman informasi mengenai diri anda seperti pengalaman anda, pengetahuan, sikap, ide, pemikiran dan tindakan yang pernah anda lakukan dan tersusun dengan rapih di sekeliling atau di sekitar inti bola atau pusat bola. Informasi atau data yang terletak di dekat ke inti tentu saja adalah yang paling jauh dari bagian luar bola, bagian ini menjadi wilayah yang paling sulit dilihat orang luar. Wilayah yang terletak di dekat pusat bola merupakan aspek diri anda yang paling pribadi. Jika anda bergerak ke arah luar bola, maka anda akan melalui sejumlah data atau informasi yang letaknya akan semakin mendekati permukaan sehingga semakin besar kemungkinannya untuk dilihat orang luar. Bagian permukaan atau kulit bola adalah bagian yang paling mudah dideteksi orang lain, seperti pakaian yang anda kenakan, perilaku anda yang mudah dilihat atau apa saja yang anda bawa kemana-mana agar orang lain dapat melihatnya.
Menurut teori ini, kita akan mengetahui atau mengenal diri orang lain dengan cara masuk ke dalam bola diri orang bersangkutan. Ketika hubungan di antara dua individu berkembang, maka masing-masing individu akan mendapatkan lebih banyak informasi yang akan semakin menambah keluasan dan kedalaman pengetahuan mereka satu sama lainnya.
Dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia adalah seperti suatu transaksi ekonomi; orang berupaya untuk memaksimalkan imbalan dan meminimalisasi biaya. Jika pertukaran sosial ini diterapkan pada penetrasi sosial, maka orang akan mengungkapkan informasi mengenai dirinya bila rasio biaya-imbalan bisa diterima. Menurut Altman dan Taylor, orang tidak hanya menilai biaya dan imbalan suatu hubungan pada saat tertentu saja, tapi mereka juga menggunakan segala informasi yang ada untuk memperkirakan biaya dan imbalan pada waktu yang akan datang.

IV. Altman dan Taylor mengajukan empat tahap perkembangan hubungan antarindividu, yaitu sebagai berikut (TAHAP PENETRASI):
 Tahap orientasi: tahap di mana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi atau (impersonal). Para individu yang terlibat hanya menyampaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Jika pada tahap ini mereka yang terlibat merasa cukup mendapatkan imbalan dari interaksi awal, maka mereka akan melanjutnya ke tahap berikutnya, yaitu tahap pertukaran efek eksploratif.
 Tahap pertukaran efek eksploratif (exploratory affective exchange); tahap di mana muncul gerakan menuju kearah keterbukaan yang lebih dalam. Jika pada tahap orientasi, orang bersikap hati-hati dalam menyampaikan informasi mengenai diri mereka maka pada tahap eksplorasi pertukaran emosi (exploratory affective exchange) orang melakukan ekspansi atau perluasan terhadap wilayah publik diri mereka. Apa yang sebelumnya merupakan wilayah privat, sekarang menjadi wilayah public. Komunikasi juga berlangsung sedikit lebih spontan karena individu merasa lebih santai terhadap lawan bicaranya, mereka juga tidak terlalu berhati-hati dalam mengungkapkan sesuatu yang akan mereka sesali kemudian. Perilaku berupa sentuhan dan ekspresi emosi, misalnya perubahan raut wajah juga meningkat pada tahap ini.

 Tahap pertukaran efek (affective exhange); Tahap pertukaran emosi (affective exchange) ditandai dengan munculnya hubungan persahabatan yang dekat atau hubungan antara individu yang lebih intim. Tahap ini memiliki ciri komunikasi lebih spontan yang disertai dengan pengambilan keputusan secara cepat bahkan dengan tidak terlalu mempertimbangkan konsekuensinya terhadap hubungan secara keseluruhan. Selain itu, pesan non verbal yang disampaikan akan lebih mudah dipahami. Misalnya, senyuman memiliki arti “saya mengerti”, anggukkan kepala diartikan “saya setuju” dan seterusnya.


 Tahap pertukaran stabil (stable exchange); adanya keintiman pada tahap ini, masing-masing individu dimungkinkan untuk memperkirakan masing-masing tindakan mereka dan memberikan tanggapan dengan sangat baik. Tahap pertukaran Stabil (stable exchange stage) ditandai dengan ungkapan pikiran, perasaan, dan perilaku secara terbuka yang menghasilkan derajat spontanitas tinggi dan sifat hubungan yang unik. Pada pertukaran stabil, makna dapat ditafsirkan secara jelas tanpa keraguan. Contohnya, pasangan tengah berpacaran untuk memperjelas empat tahap perkembangan hubungan antar individu ini. Pada pertama kali, pasangan ini jalan atau keluar bersama merupakan tahap orientasi, pertemuan selanjutnya merupakan tahap pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek akan terjadi jika pasangan itu menjadi eksklusif dan mulai merencanakan masa depan bersama. Pertukaran stabil terjadi ketika mereka menikah.


Kita dapat menggunakan contoh pasangan yang tengah berpacaran untuk memperjelas empat tahap perkembangan hubungan antarindividu ini. Pada kali pertama pasangan ini jalan atau keluar bersama merupakan tahap orientasi, pertemuan selanjutnya merupakan tahap pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek akan terjadi jika pasangan itu menjadi eksklusif dan mulai merencanakan masa depan bersama. Pertukaran stabil terjadi ketika mereka menikah.
Sikap seseorang untuk terbuka atau tertutup merupakan suatu siklus, dan siklus keterbukaan dan ketertutupan suatu pasangan memiliki pola perubahan regular, atau perubahan yang dapat diperkirakan. Pada hubungan yang sudah sangat berkembang, siklus berlangsung dalam periode waktu yang lebih panjang daripada hubungan pada tahap awal (kurang berkembang) karena hubungan yang lebih berkembang rata-rata memiliki keterbukaan lebih besar daripada hubungan yang kurang berkembang.
Menurut Mark Knapp dan Anita Vangelisti (2000), keterbukaan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat intim harus didasarkan atas kepercayaan. Menurut mereka, jika kita menginginkan resiprositas dalam hal keterbukaan maka kita harus mencoba untuk memperoleh kepercayaan dari orang lain atau sebaliknya kita juga harus percaya dengan orang lain.
Kita tahu dari pengalaman bahwa hubungan berkembang dalam berbagai cara, sering kali suatu hubungan bergerak secara timbal balik dari terbuka kepada tertutup dan sebaliknya. Misal, anda memiliki seorang teman dekat yang tampaknya bisa anda percaya dan bisa menjaga rahasia anda, dan anda menjadikan teman anda sebagai tempat curhat anda (informasi pribadi). Suatu ketika anda mengetahui bahwa teman itu sudah membuka informasi pribadi anda kepada orang lain, Bagaimana sikap anda sekarang? Kemungkinan besar anda akan menjaga jarak dengannya, dan anda hanya akan bicara mengenai hal-hal umum (informasi umum) saja dengannya.
Dalam tulisan mereka selamjutmya, Altman dan mereka mengakui keterbatasan ini dan melakukan revisi terhadap teori penetrasi social awal dengan memberikan gagasan yang lebih kompleks terhadap perkembangan hubungan. Perkembangan terbaru teori penetrasi social menunjukan sifat yang lebih konsisten dan sesuai dengan pengalaman actual sehari-hari yang menunjukan proses dialektis dan cyclical (bergerak secara melingkar, membentuk siklus). Teori ini bersifat dialektis karena melibatkan pengelolaan ketegangan tapa akhir antara informasi umum dan probadi, dan bersifat siklus karena bergerak maju mundur dalam pola pikir melingkar.
Teori penitrasi social tidak lagi sekedar menggambarkan perkembangan linear, dari informasi umum kepada informasi pribadi, perkembangan hubungan ini dipandang sebagai suatu siklus antara siklus stabilitas dan siklus perubahan. Pasangan individu perlu mengelola kedua siklus yang saling bertentangan ini untuk membuat perkiraan (predictability) dan juga untuk kebutuhan fleksibilitas dalam hubungan.
Sikap sesorang untuk terbuka atau tertutup merupakan suatu siklus dan siklus keterbukaan dan ketutupan suatu pasangan memiliki pola regular, atau perubahan yang dapat di perkirakan. Pada hubungan yang sudah sangat berkembang, siklus berlangsung dalam periode waktu yang lebih panjang daripada hubungan tahap awal (kurang berkembang). Alasannya adalah karena hubungan yang lebih berkembang rata-rata memiliki keterbukaan lebih besar daripada hubungan yang kurang berkembang (ini sesuai dan konsisten dengan ide dasar teori penetrasi social awal). Sebagai tambahan, ketika hubungan berkembang, para pihak dalam pasangan menjadi lebih mampu mengelola atau melakukan koordinasi terhadap siklis keterbukaan. masalah waktu dari seberapa jauh keterbukaan semakin kebih dapat diatur. Dengan kata lain, pasangan telah dapat mengatur kapan mereka harus terbuka dan seberapa jauh keterbukaan itu daoat dilakukan, hal ini merupakan kebutuhan fleksibilitas dalam hubungan.







DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan, 2007. SOSIOLOGI KOMUNIKASI Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana
Morissan dan Corry Andy, 2009. TEORI KOMUNIKASI, Jakarta: Ghalia Indonesia
www.google.com/wikipedia
Budyatna, Muhammad dan Nina, 1994. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI, Jakarta: Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar